Felt adalah salah satu tekstil tertua di dunia, dengan perjalanan sejarah dari ribuan tahun yang lalu. Felt juga kita kenal di Indonesia sebagai flanel. Proses pembuatan kain flanel melibatkan anyaman bersama serat wol menggunakan kelembaban, panas, dan tekanan untuk membuat kain non-anyaman yang padat. Proses ini menyebabkan serat-serat saling bertautan dan terpilin, menciptakan kain non-anyaman padat yang tahan lama dan kuat. Felt dapat dibuat dalam berbagai tingkat ketebalan dan kerapatan, tergantung pada penggunaan yang diinginkan dan metode produksinya.
Felt telah digunakan oleh banyak budaya sepanjang sejarah dunia untuk berbagai tujuan, di antaranya untuk kegunaan praktis seperti pakaian dan tempat berlindung, hingga penggunaan dekoratif dan artistik seperti peralatan rumah tangga dan perhiasan. Contoh kain flanel tertua yang diketahui berasal dari Zaman Perunggu, di mana felt telah ditemukan di Pegunungan Altai di Siberia.
Di Asia Tengah, pembuatan kain felt menjadi kerajinan yang sangat berkembang, dengan masyarakat nomaden menggunakan kain felt untuk pakaian, tempat berlindung, dan sebagai permadani. Orang Kyrgyz di Asia Tengah (Kyrgyzstan), misalnya, terkenal dengan permadani flanelnya yang sangat dekoratif, yang dibuat menggunakan berbagai warna dan corak.
Di benua Eropa sendiri, pembuatan kain felt juga menjadi salah satu kerajinan yang penting, dengan produksi topi felt menjadi industri besar pada abad ke-17 dan ke-18. Topi flanel populer di kalangan pria dan wanita seperti barret, yang dipakai untuk tujuan mode/fesyen dan praktis. Top hat yang mulai populer di abad ke-19 misalnya, awalnya terbuat dari bahan felt. Mereka diproduksi dalam jumlah besar. Felt juga digunakan untuk jenis pakaian lain, dan untuk pelapis furnitur serta barang rumah tangga lainnya.
Pada abad ke-20, pembuatan kain felt mulai populer digunakan sebagai media seni. Seniman dan pengrajin mulai mengeksplorasi kemungkinan pahatan dan artistik dari bahan tersebut, menciptakan berbagai macam bentuk seni dan kerajinan tangan, termasuk sculpture/pahatan lembut, perhiasan, dekorasi rumah, dan aksesori fesyen.
Kini, kain felt tetap menjadi bahan yang populer bagi para seniman, pengrajin, dan desainer. Kegunaan yang serbaguna dan daya tahannya yang tinggi membuatnya sangat cocok untuk berbagai proyek, mulai dari kerajinan skala kecil hingga instalasi skala besar. Seniman seperti Joseph Beuys, yang terkenal menggunakan kain flanel dalam karyanya, membantu membawa medium tersebut ke ranah seni rupa. Felt juga menjadi populer di kalangan seniman tekstil dan quilters, yang menggunakan bahan tersebut untuk membuat patung tiga dimensi, hiasan dinding, dan karya seni lainnya. Bahan felt populer di kalangan penggemar DIY (Do-It-Yourself) karena mudah dikerjakan dan dapat dibuat ke dalam berbagai bentuk. Dalam beberapa tahun terakhir, muncul minat baru pada kerajinan tradisional, termasuk pembuatan kain felt, karena orang mencari cara untuk terhubung dengan masa lalu dan membuat objek yang bermakna dengan tangan mereka sendiri.
Overall, sejarah kerajinan kain felt telah berlangsung selama ribuan tahun dan meliputi berbagai budaya serta kegunaan. Dari penggunaan awal sebagai bahan praktis seperti untuk pakaian dan tempat berlindung, hingga penggunaan modern dalam seni dan kerajinan, kain felt telah terbukti sebagai tekstil serbaguna dan tahan lama.
Sumber:
Evers, I. (1987). Feltmaking: techniques and projects.
Thompson, C. (2011). Felt: Fluxus, Joseph Beuys, and the Dalai Lama. University of Minnesota Press.
Vickrey, A. (1997). The art of feltmaking: basic techniques for making jewelry, miniatures, dolls, buttons, wearables, puppets, masks, and fine art pieces. Clarkson Potter.